Solusi bagi suami jika istri pindah agama


Pindah agama merupakan persoalan yang serius di dalam Islam. Pada dasarnya, harus diakui, kesalahan awal ada di diri Raharjo. Sebagai seorang suami dan kepala rumah tangga ia tidak bertanggung jawab, baik dari segi nafkah maupun pembinaan aqidah anggota keluarganya. Hanya gara-gara dipecat Raharjo menjadi mutung, marah kepada keadaan, dan menjadi apatis.

Untuk menebus kesalahan, Raharjo harus mengembalikan istri dan anaknya kembali ke rumahnya, terutama mengembalikan aqidahnya. Ia harus berusaha mengambil hati dan mengungkapkan bahwa di antara mereka masih ada perasaan cinta. Siska selama menjadi istri Raharjo memang tidak pernah mendapatkan siraman rohani atau pemahaman Islam yang benar sehingga tidak mungkin mengembalikan aqidah Siska dengan cara pahala-siksa, surga-neraka.

Dalam hal ini, rumah tangga Raharjo memang sudah tidak bisa dipertahankan. Begitu Siska meninggalkan agamanya maka gugurlah tali perkawinan keduanya karena salah satu telah murtad. Mencoba mengambil anak agar tidak ikut istri juga susah karena saat ini dirinya tidak berpenghasilan, sementara Siska dan anaknya berada di bawah tanggungan orang tua yang memang kondisi perekonomiannya lebih baik. Tapi tentu hal ini bukan akhir dari segala-galanya, kan. Masih ada yang bisa diperbuat untuk memperbaiki kesalahan Raharjo.

Pertama, Raharjo harus bangkit dari keterpurukan. Ia harus berusaha untuk mencari pekerjaan dan mengembalikan harga dirinya. Namun selama membangun diri, ia harus keep contact dengan istri dan anak-anaknya. Buktikan bahwa dirinya mampu dan bertanggung jawab. Tujuannya adalah untuk keep contact dengan istri dan anaknya agar suatu saat mereka bisa kembali ke dirinya. Selalu mereka diyakinkan bahwa mereka masih satu keluarga. Di samping itu harus dihalangi masuknya pria lain untuk mendekati Siska. Jangan sampai ada orang lain yang satu aqidah dengan mereka masuk dan mempersunting janda muda itu.

Jika suatu saat waktu yang tepat itu tiba, ia bisa melakukan pendekatan lagi kepada sang mantan istri. Ia bisa membujuknya untuk kembali membangun rumah tangga. Pelan-pelan diajarkan pemahaman yang benar mengenai agama dan juga kemuliaan hidup di bawah naungan Islam. Namun ”mainnya” harus cantik. Karena kecurigaan pasti akan timbul di keluarganya, terutama kedua orang tuanya. Dengan akhlak yang baik dan rasa tanggung jawab, insya Allah Siska dan keluarganya bisa kembali. Hal ini juga menjadi pelajaran yang berharga bagi mereka yang mempunyai keluarga mualaf, mereka harus dibina supaya mempunyai aqidah yang kuat. Mereka diharapkan tidak gampang terombang-ambing sekalipun didera masalah ekonomi. Dan lagi, sebagai seorang kepala rumah tangga, tanggung jawab membawa keluarga kepada kebaikan dan menghindari keburukan tidaklah mudah. Allah sendiri sudah memerintahkan hal itu di dalam Al-Qur’an :
”Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka....” (at-Tahrim: 6)

Reader Comments



Diberdayakan oleh Blogger.