Solusi bagi istri yang ditinggal suaminya gara-gara anaknya cacat


Tentang ibu yang ditinggal suaminya gara-gara suaminya tidak mau mengakui anaknya cacat, kita harus paham bahwa setiap orang tua selalu menginginkan anak-anaknya lahir dan tumbuh normal, sehat, dan baik. Tapi saat kita mendapati nasib pahit dengan lahirnya putra yang tidak normal, kita harus siap menerimanya dengan ridha dan ikhlas. Perlu diingat, anak adalah harta titipan Allah. Seseorang menitipkan barang kepada kita, yang perlu kita lakukan adalah menjaga barang titipan itu sebagai bentuk amanah. Jika kita menjaganya dengan amanah maka sang penitip barang akan memberinya imbalan ketika meminta kembali barang titipannya. Sebagai orang yang ’cuma’ dititipi, tidaklah berhak kita menolak titipan tersebut dan tidak berhak menuntut barang titipan yang bagus. Kalau barang titipannya bagus alhamdulillah, kalau tidak bagus tetap bersyukur bahwa diri kitalah yang dipercaya untuk memelihara amanah tersebut.

Ada beberapa dokter di sebuah rumah sakit diminta menangani masing-masing pasien. Lalu kepala rumah sakit menugaskan seorang dokter untuk menangani pasien yang penyakitnya sudah kronis. Hal ini menunjukkan dokter tersebut merupakan dokter yang luar biasa dan terpercaya. Ketika diamanahi pasien berat ini dengan bangga ia akan menunjukkan bahwa ia bisa menanganinya. Demikian pula dengan seorang ibu yang diamanahi untuk melahirkan dan merawat seorang bayi yang tidak normal. Allah sekali lagi tidak akan membebani hamba-Nya dengan persoalan yang hamba tersebut tidak sanggup memikulnya. Allah berfirman :
”Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala  yang diusahakannya dan ia mendapat siksa yang dikerjakannya: "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” (al-Baqarah: 286)

Dengan begitu wanita tersebut termasuk wanita pilihan yang diserahi Allah untuk merawat anak tersebut. Wanita tersebut seharusnya bangga dan berusaha sebaik mungkin merawat dan membesarkan anak yang tidak normal tersebut sebagai bentuk tanggung jawab memegang amanah. Pada saatnya nanti ia akan menerima imbalan yang lebih besar dibanding ibu-ibu lain yang anaknya normal, sebagaimana dokter hebat tadi yang berhasil menangani pasien yang sudah kronis tersebut. Di balik pemberian yang tidak menyenangkan selalu ada hikmah besar yang terkandung di dalamnya.

Untuk menerima ujian Allah tersebut sikap sabar dan ridha merupakan syarat utama. Adapun masalah perceraiannya dengan sang suami, tak perlu diratapi. Yang terbaik dilakukan wanita tersebut adalah mengupayakan ketentraman dan kebahagiaan dirinya dan putranya. Insya Allah tidak semua lelaki seperti bekas suaminya itu.

Tentu wanita tersebut harus tetap mempertimbangkan melalui jalur horizontal, yaitu bermusyawarah dengan keluarganya. Juga jalur vertikal dengan beribadah dan shalat istikharah mengharapkan petunjuk dari Allah. Adapun tentang kekhawatirannya akan melahirkan lagi putra yang tidak normal sebaiknya hal tersebut dikonsultasikan kepada dokter ahli kandungan agar dirinya bisa lebih mantap dalam menentukan sikap dan pilihan.

Dan jangan sampai dilupakan, memilih suami kali ini harus dengan berbagai pertimbangan. Sang suami baru tidak saja harus siap menerima dirinya tapi juga harus siap menerima putranya sebagai anak tiri yang harus disayanginya pula. Suami barunya harus siap menerima istri dan anaknya apa adanya. Adapun kalau dirinya memutuskan untuk tidak menikah lagi karena masalah trauma, itupun menjadi haknya. Tentunya setelah dipertimbangkan baik buruknya masak-masak. Sebab, bagaimana pun mempunyai suami itu akan lebih aman dan lebih nyaman. Kalau ada peluang, mengapa tidak dimanfaatkan agar hidupnya bisa kembali bahagia.

Reader Comments



Diberdayakan oleh Blogger.