Pasangan Selingkuh, Ikut Selingkuh, Atau Cerai Saja?
Di zaman sekarang, siapa tak kenal istilah selingkuh? Kalau
dahulu orang menyebutnya dengan serong. Seorang pria yang sudah beristri main
perempuan atau seorang istri sudah bersuami berpacaran dengan orang lain. Bisa
jadi hanya berkasih-kasihan, tapi tak sedikit yang juga telah melakukan
hubungan seksual. Fenomena ini kerap ditemui di kota-kota besar. Kalau dahulu
selingkuh hanya monopoli kalangan menengah atas, sekarang ini kita dapat
membaca berita di media bahwa masyarakat bawah pun tidak mau ketinggalan. Sering
kali terjadi bacok membacok antara pria dan pria atau suami dan istrinya karena
perselingkuhan. Di kalangan atas tentu bukan bacok-membacok, tapi biasanya
tuntut-menuntut melalui jalur pengadilan.
Kondisi ini tentu menggelisahkan kita semua, sebab
selingkuh bukan sesuatu yang baik. Juga bukan kepanjangan dari selingan indah
keluarga utuh. Yang sering terjadi dari selingkuh adalah selingan indah (untuk
sementara), keluarga runtuh.
Seorang
suami mengeluhkan istrinya yang selingkuh dengan rekan kerjanya. Pada
hakikatnya keluhan itu diterima pula oleh istri dari rekan kerja itu. Jadi,
suami di sini mengeluh, demikian pula istri di sana. Karena perselingkuhan
pasti melibatkan dua pasangan di mana salah satunya melibatkan korban, kecuali
pasangannya pun melakukan hal yang sama dengan pasangan selingkuhannya itu.
Kasus ini cukup memilukan. Kejadian diceritakan kepada
seorang ustadz yang mengelola sebuah rubrik konsultasi masalah-maslah keluarga.
Bermula dari penghasilan suami yang tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Istri yang memang mampu mencari uang diizinkan suami untuk bekerja di sebuah
kantor. Dengan tiga anak yang masih kecil-kecil penghasilan istri itu
benar-benar membantu perekonomian keluarga. Awalnya memang tidak terjadi
apa-apa. Keluarga dapat berjalan dengan normal, masing-masing saling percaya
dalam menjalankan tugasnya sehari-hari. Hidup
mereka lurus dan lancar-lancar saja bak jalan tol di dini hari. Kebetulan istri
berpenghasilan lebih tinggi dari suami.
Situasi berubah menjadi tidak normal ketika datang
hadiah-hadiah ke rumah mereka. Beberapa hadiah yang datang itu memang
menggiurkan semua anggota keluarga. Semuanya senang termasuk sang suami.
Asal-usul hadiah itu menjadi tidak dipedulikan karena istri dengan santai
menjawab itu semua hadiah dari kantor akibat prestasinya yang bagus.
Sang suami sudah mulai sadar ketika hadiah-hadiah
itu tidak berhenti mengalir. Layaknya prestasi di kantor setahun atau setengah
tahun sekali. Itu pun biasanya tidak jatuh melulu ke satu orang. Namun ini
hampir tiap bulan ada saja hadiah yang datang, baik yang pribadi untuk istri
maupun yang bisa dipakai seluruh keluarga. Hadiahnya kadang bingkisan khusus
dengan kemasan yang cukup mewah. Perasaan suami mulai terganggu. Rasa penasaran
membuat ia mencari tahu. Dan usut punya usut ternyata hadiah itu datang dari
atasan istri di kantor. Waktu itu ia masih bisa mengendalikan diri dengan tidak
bertanya macam-macam ke istrinya.
Kecurigaan itu bertambah ketika sang istri mulai
sering lembur di kantor, pulang malam. Tidak cuma itu, ia juga sering rapat di
luar kota atau melakukan perjalanan dinas. Berbagai alasan dikemukakan sebagai
dalih keterlambatan kepulangannya.
Mulailah ia mendengar isu yang tidak enak mengenai
istrinya. Ia dikabarkan menjalin hubungan khusus dengan atasannya
di kantor. Seluruh rekan kerja di kantor itu sudah tahu karena meskipun
ditutup-tutupi, toh akhirnya tersingkap juga. Hanya saja sang suami baru
mendengar lewat omongan orang. Ia berniat untuk mengetahuinya langsung.
Akhirnya dengan membuntuti kepergian istri yang katanya melakukan perjalanan
dinas, ia mendapati istrinya bergandengan tangan dengan sang atasan keluar dari
hotel.
Setiba di rumah dapat diterka apa yang terjadi.
Terjadilah pertengkaran hebat. Suami merasa punya bukti karena melihat langsung
dan sang istri mengelak ia tidak melakukan apa-apa dengan atasannya, hanya sekadar
jalan. Mulai saat itu retaklah rumah tangganya. Kehidupan sehari-hari di rumah
bak neraka yang tidak pernah berhenti dari pertengkaran. Tidur sudah pisah dan
kebencian masing-masing pun timbul.
Suami, yang tengah dicekam rasa benci akhirnya melakukan
perbuatan yang sama sebagaimana istrinya. Ia melakukan selingkuh dengan rekan
kerjanya pula di kantor. Awalnya ia melakukan itu hanya karena dendam dan sakit
hati namun tak bisa apa-apa. Tapi lama-kelamaan ia menjadi jatuh cinta sungguhan pada
wanita itu. Meskipun tidak sampai berzina, ia terjerumus juga ke dalam dosa.
Begitulah, akhirnya masing-masing berusaha untuk
menunjukkan bahwa dirinya mampu menggaet orang lain. Istrinya pun menjadi lebih
atraktif, seperti dengan sengaja memamerkan parfum yang diberikan atasannya itu.
Juga baju-baju yang entah dibelinya sendiri atau hadiah dari atasan. Suami pun
sengaja bersolek rapi tidak seperti biasanya. Keduanya seakan berlomba dalam
kemaksiatan.
Posting Komentar